Senin, 25 Mei 2009

Bernaung di Bawah Arys Allah

oleh : Sahlania



Pada dasarnya cinta dan benci karena Allah SWT memendam makna yang sangat dalam, kita mungkin mampu memahami makna persahabatan yang terwujud karena bertetangga atau satu sekolah / pesantren namun yang jelas seseorang tidak akan bersahabat atau dekat dengan orang lain kecuali karena ada kesamaan antara keduanya.
Terkadang cinta itu tumbuh karena ada daya tarik fisik atau penampilan seseorang, cinta ala dari mata jatuh ke hati ini identik dengan tampang, gaya dan penampilan luar,karena sesuatu yang indah terasa nikmat bagi orang yang memahami keindahannya dan sesuatu yang indah cenderung disenangi namun cinta ala ini biasanya tidak bersemi lama karena kerap yang terlihat tidak selalu sama dengan yang tersembunyi. Adakalanya keakraban dan kedekatan itu tidak timbul sebab keindahan atau daya tarik fisik akan tetapi karena adanya kesamaan semata antara satu sama lain oleh karena itu al-Imam Malik bin Dinar mengatakan “ tidak akan terbang bersama dua jenis burung yang berbeda kecuali ada kesamaan antara keduanya."
Adapula cinta yang muncul Karena ada maksud dan tujuan tertentu cinta model ini akan bertahan selama maksud dan tujuannya tercapai,sebaliknya cintanya semakin aus seiring menipisnya hasrat yang diperoleh. Dalam sebuah syi’ir disebutkan :

الأَخِلاَّءُ فِيْ الرَّخَاءِ كَثِيْرُ وَلَكِنَّهُمْ فِيْ البَلاَءِ قَلِيْلُ
كُلُّ أَخٍ يَقُوْلُ أَنَا وَفِيُّ وَلَكِنْ لَيْسَ يَفْعَلُ مَا يَقُوْلُ

“ Ketika hidup lapang banyak kawan berdatangan namun ketika tiba masa sempit tidak tersisa kecuali sedikit, setiap kawan berjanji setia akan tetapi hanya sebatas ucapan belaka ”. namun jika orientasi tujuan tersebut adalah ridha Allah maka ridha Allah tiada batasnya, murid mencintai guru karena Allah, suami mencintai istri karena Allah, sahabat mencintai sahabatnya karena Allah, cinta seperti ini akan tiada akhirnya karena Allah tiada bermula dan berakhir.
Cinta yang tak tertandingi adalah cinta kepada seseorang bukan karena kesamaan / keindahan atau karena kebaikan yang didapat dari orang yang dicintai akan tetapi semata-mata cinta karena agama cinta seperti ini menjadi tolak ukur keimanan seseorang sesuai sabda Rasulullah saw :

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأخِيْه مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“ Tidaklah beriman salah satu dari kalian sehingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya ” begitu sederhananya bunyi hadits ini namun tidak semua orang mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan dan kesehariannya, karena cinta kepada saudara seagama adalah manifestasi dari cinta seorang hamba kepada sang pencipta dan tentunya hanya orang pilihan yang mampu melakukannya,seperti para sahabat Nabi ( semoga Allah merahmati dan meridhai mereka ) yang lebih mendahulukan saudaranya dari pada diri mereka sendiri walaupun tidak ada hubungan nasab antara mereka, Allahpun memuji mereka dalam al-Qur’an

ويُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ.................(الحشر :9 )

“ Mereka lebih mendahulukan saudaranya dari pada dirinya walaupun mereka dalam keadaan sulit “ dan balasannyapun kelak tidak tanggung-tanggung dari Allah SWT yaitu mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat semua orang iri, para nabipun terheran dan bertanya “ ya Rabb, siapakah mereka apakah para malaikat muqarrabin, nabiyyin ataukah syuhada’ “ Allahpun menjawab “ tidak, mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan saling mengunjungi satu sama lain karenaKU, hari ini aku naungi mereka di bawah naungan arsyKU dimana tidak ada naungan kecuali naunganKU
Dari sahabat Abi Hurairah r.a dari Nabi saw bahwasanya ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa, kemudian Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk menjaganya di perjalanan lalu malaikat itu menghampiri lelaki tersebut dan bertanya “ hendak kemanakah engkau ? pemuda itupun menjawab “ hendak mengunjungi saudaraku di desa ini “ malaikat itupun bertanya pula “ mengapa engkau mengunjunginya apakah karena kebaikan yang kau peroleh darinya ? pemuda itu berkata “ tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah “ malaikat tersebut memberi kabar gembira kepada sang pemuda bahwasanya ia adalah utusan Allah dan Allah telah mencintainya sebagaimana ia telah mencintai saudaranya karenaNya “ ( H.R Muslim )
Al-Habib Umar bin Hafizd bin Syaikh Abi BAkar berkata “ perbanyaklah bersaudara, karena seorang muslim kelak akan memberi syafaat minimal kepada satu orang muslim lainnya “
Semoga kita termasuk el mutahabbina fillah wa liajlillah….amien…..Allahumma amien……..