Selasa, 14 September 2010

BID'AH LAGI BID'AH LAGI

Oleh : Umu Aiman



               Kubaca berulang kali sebuah hadits yang masyhur dan akrab di telinga " Kullu bid'ah dholalah....." berangkat dari hadits ini banyak polemik yang terjadi dan tidak berkesudahan, benarkah kita cukup berkutat pada teks dari sebuah nash saja dan mengabaikan konteksnya , ada yang berkomentar yang dimaksudkan adalah bid'ah dalam agama bukan masalah keduniaan lalu bagaimana  dengan ketentuan Khalifah Umar bin Khattab yang mengumpulkan jama'ah sholat tarawih dengan satu imam, suatu saat saya yang faqir ini mendengar seseorang berkata bahwa seluruh penduduk desanya terkena wabah, akan tetapi dia sendiri dan sebagian yang lain tidak tertimpa wabah tersebut, dari situ saya memahami bahwa kata-kata kullu ( semua ) tidak harus berkonotasi ya'ummu ( menyeluruh ), sekali lagi, kita tidak bisa hanya berkutat pada teks sebuah wacana atau ungkapan akan tetapi konteks yang dipengaruhi oleh keadaan dari si pembicara dan situasinya sangat signifikan dalam pemahaman maksud yang terkandung dari wacana tersebut, dan itulah kiranya yang dipahami oleh para sahabat ketika mereka mendengar sabda Nabi yang tersebut di atas. entahlah dadaku sempit dan sesak ketika acapkali adanya perpecahan dalam umat disebabkan oleh perbedaan pendapat yang berangkat dari sebuah ungkapan hadits yang notabenenya bisa dipahami dari beberapa arah, ditambah lagi semakin mindernya segolongan dari kita para pemuda islam dengan atribut keislamannya kenapa saya bilang atribut keislaman karena non muslim tidak akan mengenakannya, kalau pastur dan pendeta begitu bangga dengan penampilannya yang agak berbeda yang mencerminkan jati dirinya maka lain halnya dengan sebagian muslim yang enggan karena beralasan itu adalah adat Arab bukan islam mereka pura-pura lupa kalau islam dan arab adalah dua hal yang beriringan karena Nabi adalah araby segala syare'at dan ajaran islam beliaulah mashdarnya, ironisnya mereka dengan bangga membawa adat barat yang hakikatnya sangat bertentangan dengan agama islam......sopan santun islami yang  kini populer dengan sebutan tasawuf ditinggalkan karena istilah tasawuf adalah bid'ah, sebutan nama Nabi Muhammad saw mulai sayup dikalangan pengikutnya, karena sekali lagi takut-takut bid'ah, memuji dan mengenang shirah Nabi Muhammad untuk menumbuhkan kecintaan kepada beliau dicerca lain halnya cinta berlebihan kepada artis merupakan hal lumrah dan tidak tercela lebih bangga  dan senang jika pernah ke Amerika, Paris dan negara barat lainnya daripada ke Mekkah untuk menunaikan haji atau umrah, pakai kerudung mereka bilang  gaya kearab-araban namun dengan bangga pakai levis yang kebarat-baratan .
                   Terakhir saya teringat ceramah seorang pemuka agama di depan jema'atnya " jika ingin mengalahkan umat islam jangan menggunakan senjata, karena mereka adalah umat yang tidak gentar dengan kematian namun kita bisa mengalahkan mereka dengan menjauhkan mereka dari Nabinya, ajarannya, dan membuat mereka memusuhi syare'atnya..." Allahumma arina alhaqqa haqqan warzuqnattiba'ah wa arina al bathila bathilan warzuqnajtinabah    semoga  anjuran dan peringatan tersebut berangkat dari at_tanashuh fi ad_din (saling menasehati dalam agama ) bukan dari sikap fanatisme membabi buta dan penuh  kebencian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritik membangun anda penulis harapkan